Perempuan berseragam hijau dengan rias muka tebal akan menyambutmu.
Tersenyumlah. Jangan grogi. Tegakkan kepala, angkat dagu dan tarik kedua bahu sedikit ke belakang.
Dadamu akan terlihat agak membusung. Tidak apa-apa. Kalau perlu tambahi dengan ekspresi muka dingin, sedikit congkak.
Kau tak akan dibiarkan mencari-cari sendiri apa yang akan kau beli.
Kau akan mendengar dia berkata, sebuah kalimat yang seolah-olah sudah menyatu dengan lidahnya, "Ada yang bisa dibantu?" Tersenyumlah. Jangan gugup. Tarik nafas seperlunya, dan jawablah dengan satu kata, dengan intonasi bertanya, "Kondom?"
Jangan sekali-kali membuang waktu dan energi dengan pertanyaan yang tidak perlu, seperti, "Ada kondom?" atau "Kondom di bagian mana ya?"
Manfaatkan waktu seefisien mungkin.
Kau tidak sedang membeli baju atau sepatu. Kau akan ditunjukkan di mana rak tempat kondom terletak. Ambil segera, satu kotak, berisi tiga. Pilih produk impor. Tidak, ini tak ada kaitannya dengan moral. Ini bukan saatnya mencintai produk dalam negeri. Kau hanya sedang membeli kondom.
Kondom lokal terlalu tebal sehingga terasa mengganjal. Kondom impor, dengan harga yang memang sepuluh kali lipat lebih mahal, begitu tipis, lembut sehingga kau seperti tidak memakai apa-apa.
Tidak perlu bertanya kepada perempuan tadi, apa bedanya kondom mint dan yang biasa. Sebab kemungkinan besar dia juga tidak tahu. Jadi, untuk kali ini tidak perlu memilih.
Ambil saja, apa pun, dan bawa segera ke kasir. Di sana mungkin kau akan mengantri di belakang ibu-ibu berjilbab, yang sedang membeli minyak kayu putih untuk anaknya, dan balsem untuk suaminya yang menderita komplikasi encok, rematik dan batuk rejan.
Dia mungkin sempat melirik ke arahmu, melihat apa yang kau beli, dan matanya langsung mencari wajahmu, tatapannya seolah berkata, "Dasar !" Tersenyumlah.
Jangan menunduk. Sekarang, yang harus kau hadapi si penjaga kasir, biasanya mbak-mbak berwajah seputih plastik, agak gemuk dan tampak bosan. Dia jarang sekali tertarik untuk menatap ke arah pembeli, kecuali orang-orang sepertimu, yang dengan ragu-ragu meletakkan sekotak kondom di sisi mesin penghitung uang.
Dia akan menatapmu lebih dari sekali, seolah-olah menimbang berapa umurmu dan memastikan apakah kau jenis manusia yang masih percaya kepada Tuhan. Sebisa mungkin sodorkan uang pas.
Toko itu serasa selalu sepi sehingga para penjaganya punya banyak waktu untuk memperhatikanmu ketika kau melangkah keluar. Kau akan mendengar bisik-bisik samar, lalu tawa kecil yang tertahan. Itu bisa menyiutkan nyalimu tapi percayalah, membeli kondom adalah salah satu hal mulia yang bisa kau lakukan, sebagai manusia.
Tersenyumlah. Jangan grogi. Tegakkan kepala, angkat dagu dan tarik kedua bahu sedikit ke belakang.
Dadamu akan terlihat agak membusung. Tidak apa-apa. Kalau perlu tambahi dengan ekspresi muka dingin, sedikit congkak.
Kau tak akan dibiarkan mencari-cari sendiri apa yang akan kau beli.
Kau akan mendengar dia berkata, sebuah kalimat yang seolah-olah sudah menyatu dengan lidahnya, "Ada yang bisa dibantu?" Tersenyumlah. Jangan gugup. Tarik nafas seperlunya, dan jawablah dengan satu kata, dengan intonasi bertanya, "Kondom?"
Jangan sekali-kali membuang waktu dan energi dengan pertanyaan yang tidak perlu, seperti, "Ada kondom?" atau "Kondom di bagian mana ya?"
Manfaatkan waktu seefisien mungkin.
Kau tidak sedang membeli baju atau sepatu. Kau akan ditunjukkan di mana rak tempat kondom terletak. Ambil segera, satu kotak, berisi tiga. Pilih produk impor. Tidak, ini tak ada kaitannya dengan moral. Ini bukan saatnya mencintai produk dalam negeri. Kau hanya sedang membeli kondom.
Kondom lokal terlalu tebal sehingga terasa mengganjal. Kondom impor, dengan harga yang memang sepuluh kali lipat lebih mahal, begitu tipis, lembut sehingga kau seperti tidak memakai apa-apa.
Tidak perlu bertanya kepada perempuan tadi, apa bedanya kondom mint dan yang biasa. Sebab kemungkinan besar dia juga tidak tahu. Jadi, untuk kali ini tidak perlu memilih.
Ambil saja, apa pun, dan bawa segera ke kasir. Di sana mungkin kau akan mengantri di belakang ibu-ibu berjilbab, yang sedang membeli minyak kayu putih untuk anaknya, dan balsem untuk suaminya yang menderita komplikasi encok, rematik dan batuk rejan.
Dia mungkin sempat melirik ke arahmu, melihat apa yang kau beli, dan matanya langsung mencari wajahmu, tatapannya seolah berkata, "Dasar !" Tersenyumlah.
Jangan menunduk. Sekarang, yang harus kau hadapi si penjaga kasir, biasanya mbak-mbak berwajah seputih plastik, agak gemuk dan tampak bosan. Dia jarang sekali tertarik untuk menatap ke arah pembeli, kecuali orang-orang sepertimu, yang dengan ragu-ragu meletakkan sekotak kondom di sisi mesin penghitung uang.
Dia akan menatapmu lebih dari sekali, seolah-olah menimbang berapa umurmu dan memastikan apakah kau jenis manusia yang masih percaya kepada Tuhan. Sebisa mungkin sodorkan uang pas.
Toko itu serasa selalu sepi sehingga para penjaganya punya banyak waktu untuk memperhatikanmu ketika kau melangkah keluar. Kau akan mendengar bisik-bisik samar, lalu tawa kecil yang tertahan. Itu bisa menyiutkan nyalimu tapi percayalah, membeli kondom adalah salah satu hal mulia yang bisa kau lakukan, sebagai manusia.
catatanMembeli Kondom bukan suatu perbuatan kriminal. Penggunaan kondom yg disalahgunakan itu adalah efek moral yg akan anda rasakan, jadi semua tergantung bagaimana anda menyingkapi hal ini....
Kl malu beli kondom di toko online aja, gampang kok
ReplyDelete